Selasa, 06 Juli 2010

1 vs 2 girl

Suatu hari di satu cafe aku bertemu dengan 2 orang ABG yang montok banget. Dina dan Ana. Dina saat itu memakai halter neck ketat dan rok mini, sehingga toketnya yang besar makin membusung. Ana memakai kaos ketat dengan belahan yang rendah sehingga toketnya yang juga besar mengintip keluar, dan celana ketat. Beberapa pria tampak melihat dengan bernafsu kepada kami. Kutraktir Dina dan Ana makan, setelah itu aku mengajak jalan. “Wow.., mobilnya keren banget oom. Sama kaya orangnya” kata Dina setelah kami sampai di mobilnya.

Dinapun duduk di depan, sedang Ana duduk di belakang. Tak lama kamipun meluncur meninggalkan cafe tersebut. Kuelus-elus paha mulus Dina yang tersingkap karena rok mininya naik ke atas. Sesekali kulirik lewat kaca spion ke Ana yang sedang duduk dibelakang. Ana tau bahwa aku memperhatikannya, dia hanya tersenyum tersipu. Dina minta dibelikan pakaian, dan itu aku OK saja. Ana pun kebagian juga kubelikan celana jeans.

Selesai belanja kuajak mereka santai di apartment. Dina meng-OK-kan saja ajakanku. Tak lama kami sudah sampai di apartment. Kita turun ke basement, parkir mobil dan menuju lift. Aku langsung memijit lantai apartment dan lift meluncur ke atas. Apartmentnya type studio sehingga hanya ada satu ruang yang multi fungsi, kamar mandi dan pantri yang merangkap dapur. Aku merebahkan diri di ranjang. Ana duduk di kursi di pojok ruang. Sementara Dina pergi ke kamar mandi. Ketika muncul kembali, Dina hanya berbalut handuk kemudian ikut rebahan diranjang bersamaku. Kulingkarkan tanganku pada pundak Dina dan mengelus-elusnya. Tak lama aku mulai menciumi bibir Dina sambil meraba-raba toket Dina.

“An.. Sini donk..” ajak Dina.

Ana masih duduk termangu saja di kursi melihat semua ini. Dina pun menciumku penuh napsu. Kubuka belitan handuk sehingga Dina langsung bertelanjang bulat. Langsung kuciumi dan kujilati toket Dina dengan rakus. Kuhisap-hisap pentil Dina. Ana yang mulai terangsang melihat Dina sedang kugumuli. Jariku meraba bibir nonok Dina yang dipenuhi dengan jembut yang lebat. Dinapun melenguh nikmat ketika jariku menemukan itilnya.

Sementara itu, toket Dina masih terus kujilati dan kuemut pentilnya. Dina yang sudah sangat bernafsu kemudian berbalik menindih tubuhku. Dengan cepat dia melucuti kancing kemejaku. Dihisapnya pentilku, sementara tangannya melucuti celanaku.

“Dina buka dulu ya oom” katanya sambil bangkit duduk dan membuka seluruh pakaianku.

Aku tinggal ber-CD, dan tampak kontolku mencuat keluar tak mampu tertampung di dalam CD.

“An.. sini deh.. kontol si oom gede banget, panjang lagi” kata Dina sambil mengelus-elus kontolku dari balik CD-ku. Dinapun kemudian membuka CD-ku, dan kontolku yang sudah ngaceng keras tampak berdiri tegak dihadapannya.

“Gila.. Gede banget.. Bikin Dina nafsu..” kata Dina sambil menundukkan kepalanya mulai menjilati dan kemudian mengulum kontolku.

Ana sudah terangsang melihat adegan ini dan dia raba-raba toketnya sendiri.

“An.. Bantuin gue dong..” kata Dina sambil terus menghisap kontolku sementara aku mengelus-elus rambut Dina yang panjang itu.

Kadang tanganku berpindah ke toket Dina yang sekal dan mempermainkan pentilnya.

“Din.. Enak banget Din..” desahku, Dina terus menjilati kontolku.

Ana sudah tak bisa lagi menahan nafsunya melihat Dina sedang mengulum kontolku. Ana bangkit dari kursi dan berjalan kearah ranjang. Ana merebahkan badannya di sampingku. Langsung kurengkuh wajahnya dan kuciumi dengan penuh napsu. Tanganku pun bergerilya membuka halter neck ketatnya. Kemudian dengan gemas kuremas toketnya.

“Iih oom.. Udah nggak sabar pengin nyusu ya?” godanya.

Aku tak menghiraukan perkataannya, langsung kuangkat cup BHnya yang kekecilan untuk menampung toketnya yang besar. Kuhisap pentilnya dengan gemas.

“Ahh.. Ahh” erangnya ketika pentilnya yang telah mengeras kujilati dan kuhisap.

“Enak oom.. Ahh” erangnya. “Emut pentilnya oom..” pintanya.

Erangannya semakin menjadi.

“Sstt.. Hah.. Sstt.. Hah ” Ana kembali mendesis.

Sementara itu Dina masih sibuk menjilati dan mengulum kontolku. Terkadang dihisapnya juga biji pelerku. Sementara itu tangannya tampak sibuk meremas-remas toketnya sendiri. Setelah aku puas menikmati toketnya, Ana kudorong sedikit ke arah selangkanganku.

“Nih An.” kata Dina sambil mengeluarkan kontolku dari mulutnya.

Dipegangnya batang kontolku, Ana gemas melihatnya.

“Ih.. oom, gede banget..”.

“Memang kamu belum pernah liat yang besar begini?”

“Belum oom.. Punya cowok Ana nggak sebesar ini.” jawabnya.

“Arghh.. Enak An.” erangku ketika Ana mulai mengulum kepala kontolku.

Dijilatinya lubang kencingku dan kemudian dikulumnya kontolku dengan bernafsu. Sementara itu batang kontolku dikocoknya sambil sesekali diremas perlahan biji pelernya. Aku keenakan ketika Ana mengeluar masukkan kontolku dengan mulutnya. Aku mengusap-usap rambutnya dengan gemas. Ruangan segera dipenuhi oleh eranganku. Saat Ana menghisap kontolnya, kepalanya maju mundur, toketnya pun bergoyang. Dengan gemas kuremas toketnya.

“An.., jepit pakai toketmu” pintaku.

Ana langsung meletakkan kontolku di belahan toketnya, dan kemudian aku mengenjot kontolku diantara toketnya.

“Enak banget sshh..”

Aku seperti tak kuasa menahan rasa nikmat itu. Setelah beberapa lama, aku menyodorkan kembali kontolku ke mulutnya. Ana menyambutnya dengan penuh nafsu. Setelah beberapa lama, diberikannya kembali kontolku pada Dina. Dengan sigap, Dinapun kembali menghisapi kontolku lagi. Demikian berlangsung terus menerus. Secara bergantian Ana dan Dina menghisap kontolku.

Ana kemudian berdiri dan melepas sisa pakaiannya. Aku terbelalak melihat nonoknya yang juga berjembut cukup lebat. Ana menaiki tubuhku dan mengarahkan kontolku ke nonoknya. Ana menurunkan tubuhnya dan kontolku mulai menerobos nonoknya yang sempit.

“Ooh.. Besar banget nih kontolnya oom.. Ahh..” desahnya ketika kontolku telah berhasil memasuki nonok nya.

“Tapi enak khan..” tanya Dina menggoda.

“Iya sih.. Aduh.. Oh.. Sstt..Hah.. Hah..” erangnya lagi ketika Aku mulai menggenjot nonoknya.

Tanganku memegang pinggangnya sambil terus mengenjot nonoknya. Sementara Dina berpindah ke sampingku dan menyodorkan toketnya ke mulutku. Aku segera menjilati toket Dina.

“Oom.. Gimana oom.. Enak khan ngentotin Ana?” tanya Dina menggoda.

Ana masih meliuk-liukan tubuhnya. Aku pun terus menggenjot nonoknya dari bawah, sambil sesekali tanganku meremas toketnya yang berayun-ayun menggemaskan. Setelah bosan dengan posisi itu, aku membalikkan tubuhnya sehingga aku berada diatas. Kugenjot kontolku keluar masuk nonoknya sambil menciumi wajahnya.

“Ehmm.. Sstt.. oom.. Enak.. Ohh. Kontol oom gede banget, nonok Ana sampe sesek rasanya oom, gesekan kontol oom terasa banget di nonok Ana. Mau deh Ana dientot oom tiap malam,” Ana melenguh keenakkan.

“Ayo isap pentil oom” perintahku.

Anapun kemudian menghisap pentilnya sementara aku terus menggenjot nonoknya. Tak lama tubuhnya mengejang, dan Ana mengerang dan menggelinjang ketika nyampe. Terasa nonoknya berkedut-kedut.

“An, enak banget, kontol oom seperti sedang diemut, nikmat banget rasanya, luar biasa empotan nonok kamu”.

Karena masih ada Dina yang harus digarap, aku menarik kontolku dari nonoknya, dan aku segera menciumi Dina yang berada di sebelahku. Dina kusuruh menungging membelakangiku. Dengan gaya doggy style aku mengentoti Dina dari belakang.

“Aduh.. oom.. kuat banget.. Ohh..” erang Dina ketika kuenjot nonoknya.

Ana lemas berbaring di ranjang menyaksikan aku ngentot dengan Dina.

“Gila.. nonokmu enak banget Din..” kataku.

Tanganku memegang pinggul Dina, terkadang meremas pantatnya yang membulat. Dina pun menjerit nikmat. Toketnya pun tampak bergoyang-goyang menggemaskan. Bosan dengan posisi ini, aku kemudian duduk di kursi. Dina lalu duduk membelakangiku dan mengarahkan kontolku ke dalam nonoknya. Kusibakkan rambutnya yang panjang dan menciumi leher Dina. Sementara itu tubuh Dina bergerak naik turun. Tanganku sibuk meremas toketnya.

“Ahh.. Ahh.. Ahh..” erang Dina seirama dengan goyangan badannya diatas tubuhku.

Terkadang erangan itu terhenti saat kusodorkan jemariku untuk dihisap Dina. Beberapa saat kemudian, kuhentikan goyangan badannya dan kucondongkan tubuh Dina agak ke belakang, sehingga dapat menghisap toketnya. Dengan gemas kulahap bukit kembarnya dan sesekali pentil Dina kujilati. Erangan Dina semakin keras terdengar, membuat Ana menjadi kembali bernapsu. Setelah aku selesai menikmati toket ranumnya, kembali Dina mengenjot tubuhnya naik turun dengan liar. Binal banget kelihatannya. Cukup lama aku menikmati perngentotan dengan Dina di atas kursi. Lalu aku berdiri, dan kembali berciuman dengan Dina. Sambil dengan gemas meremas dan menghisap toket Dina. Aku ingin segera menuntaskan permainan ini. Lalu kurebahkan Dina di atas ranjang. Aku kemudian mengarahkan kontolku kembali ke dalam nonok Dina.

“Ahh..” erang Dina kembali ketika kontolku kembali menyesaki nonoknya.

Langsung Dina kuenjot dengan ganas. Erangan nikmat mereka berdua memenuhi ruangan itu, ditambah dengan bunyi derit ranjang menambah panas suasana. Kulihat Dina menggelengkan kepalanya ke kanan ke kiri menahan nikmat. Tangannya meremas-remas sprei ranjang.

“Oom.. Dina hampir sampai oom.. Terus.. Ahh.. Ahh” jeritnya sambil tubuhnya mengejang dalam dekapanku.

Tampak dia telah nyampe. Aku menghentikan enjotanku sebentar, dan Dina pun kemudian lunglai di atas ranjang. Kulihat butir keringat mengalir di wajah Dina. Toketnya naik turun seirama dengan helaan nafasnya. Aku kembali menggemasi toket Dina dengan bernafsu. Aku mulai lagi mengenjot nonok Dina sambil sesekali meremas toketnya yang bergoyang seirama enjotanku. Aku terus mengenjotkan kontolku keluar masuk nonok Dina sampai akhirnya ngecretlah pejuku di dalam nonok Dina. Dina terkapar karena kenikmatan dan lemas.

Aku menghampiri Ana yang masih terkapar di ranjang. Aku mulai menciuminya sambil mengusap-usap paha Ana, dan kemudian mengilik nonoknya dengan jemariku.

“Ehmm..” erangnya saat itilnya kuusap-usap dengan gemas.

Erangannya terhenti aku menciumnya dengan penuh napsu. Tanganku meremas-remas toketnya yang besar menantang.

“Oom kuat banget sih, baru ngecret dengan Dina sudah mau ngentot lagi dengan Ana” ucapnya lirih.

“Iya habis oom pengen diempot nonok kamu sampe ngecret. Tadi kan belum ngecret, itu juga udah nikmat banget rasanya. Apalagi kalo sampe ngecret” bisikku.

Desahnya kembali terdengar ketika lidahku mulai menari di atas pentilnya yang sudah menonjol keras. Kuhisap dengan gemas gunung kembarnya hingga membuat tubuhnya menggelinjang nikmat.

“Gantian dong An” bisikku ketika aku sudah puas menikmati toketnya yang ranum.

Kami pun kembali berciuman sementara tangannya meremas kontolku yang mulai membengkak. Ana pun kemudian mendekatkan wajahnya ke kontolku, dan mulutnya mulai mengulum kontolku. Sambil menghisap kontolku, Ana mengocok perlahan batangnya, membuatku tak tahan untuk menahan erangan nikmatnya.

“Ihh… Dina juga pengen dong..”, kata Dina sambil menggeser ke arahku.

“Ya ayo” kataku sambil mengelus-elus rambut Ana yang masih menghisap kontolnya.

Dina pun langsung kuciumi. Lidah kami saling bertaut, sementara Ana masih sibuk menikmati kontolku. Setelah puas berciuman, aku mencabut kontolku dari mulutnya.

“Ayo Din” kataku sambil sedikit menekan kepala Dina agar mendekat ke kontolku.

“Iya..” kata Dina sambil dengan imutnya menyibakkan rambut yang menutupi telinganya.

“Ahh.. Yes..” desahku saat Dina memasukkan kontolku ke dalam mulutnya.

Dina menghisap kontolku seperti anak kecil sedang memakan permen lolipop. Nikmat sekali rasanya. Cukup lama juga Dina menikmati kontolku. Sementara itu Ana kembali menyodorkan toketnya ke aku. Setelah beberapa lama menghisap toketnya, aku kemudian mendekatkan wajahnya ke arah kontolku lagi. Dia mencium biji pelerku, sementara Dina masih sibuk mengulum kontolku.

“Nih gantian An..” katanya sambil menyorongkan kontolku ke Ana yang berada di dekatnya.

Ana pun dengan sigap kembali mengemut kontolku. Sementara itu, kali ini gantian Dina yang menjilati dan menciumi biji pelerku. Aku mengelus-elus kepala Ana dan Dina yang sedang mengemut kontolku.

Aku sudah ingin ngentot lagi dengan Ana. Ana kusuruh duduk membelakangiku di pangkuanku. Dia mengarahkan kontolku kedalam nonoknya.

“Ah..” desahnya ketika kontolku kembali menyesaki nonoknya.

Ana kemudian menaik-turunkan tubuhnya di atas pangkuanku. Dina pun tak tinggal diam, aku diciuminya ketika Ana sedang mengenjot kontolku dalam jepitan nonoknya. Sambil menciumi Dina, tanganku memainkan i tilnya.

“Ah.. Terus oom.. Ana mau nyampe..” desahnya.

Semakin cepat aku mengusap itilnya, sedangkan tubuhnya pun semakin cepat menggenjot kontolku.

“Ahh..” erangnya nikmat saat Ana nyampe.

Tubuhnya mengejang dan kemudian terkulai lemas diatas pangkuanku. Kembali terasa nonoknya berkedut-kedut dengan keras. Setelah reda kedutan nonoknya, kontolku kucabut dari nonoknya, masih ngaceng keras dan berlumuran cairan nonoknya. Ana kutelentangkan dan segera aku menaiki tubuhnya. Paha Ana sudah mengangkang lebar. Aku tidak langsung memasukkan kontolku kedalam nonoknya, tetapi kugesek-gesekkan dahulu di sekitar bibir nonoknya hingga menyentuh itilnya.

“Oom.. Aduuhh.. Aduuhh oom! Sshh.. Mmppffhh.. Ayo oom.. Masukin aja.. Nggak tahann..” Ana menjerit-jerit tanpa malu.

“Udah nggak tahan ya.. An, cepat banget sudah napsu lagi..” jawabku.

Tiba-tiba aku langsung menekan sekuat tenaga. Ana sama sekali tak menyangka akan hal itu, sehingga kontolku langsung melesak ke dalam nonoknya. Kontolku kembali menyesaki nonoknya yang sempit itu. Aku mulai mengenjotkan kontolku naik turun dengan teratur sehingga menggesek seluruh lubang nonoknya. Ana turut mengimbanginya, pinggulnya berputar penuh irama. Bergerak patah-patah, kemudian berputar lagi. Efeknya luar biasa, kedutan nonoknya kembali terasa.

“An, nikmat banget deh empotan nonok kamu”, kataku terengah.

Ana semakin bergairah, pinggulnya terus bergoyang tanpa henti sambil mengedut-ngedutkan otot nonoknya.

“Akkhh.. An..Eennaakkhh.., hebaathh.. Uugghh..” erangku berulang-ulang.

Aku semakin kuat meremas-remas dan memilin-milin pentilnya dan bibirku terus menyapu seluruh wajahnya hingga ke leher, sambil semakin mempercepat irama enjotanku. Ana berusaha mengimbangi keluar masuknya kontolku di dalam nonoknya dengan goyangan pantatnya. Aku berusaha keras untuk bertahan, agar tidak ngecret sebelum Ana nyampe lagi. Kontolku terus mengaduk-aduk nonoknya semakin cepat lagi. Nonoknya terasa makin berkedut, kedua ujung pentilnya semakin keras, mencuat berdiri tegak. Langsung pentilnya kusedot kuat-kuat kemudian kujilati dengan penuh nafsu.

“Oom..! Lebih cepat lagi doonng..!” teriaknya sambil menekan pantatnya kuat-kuat agar kontolku lebih masuk ke nonoknya.

Beberapa detik kemudian tubuhnya bergetar hebat, diiringi dengan cairan hangat menyembur dari nonoknya. Bersamaan dengan itu, tubuhku pun bergetar keras yang diiringi semprotan pejuku ke dalam nonoknya. Ana pun mengerang tertahan. Ana langsung memeluk tubuhnya erat-erat, dengan penuh perasaan aku membalas pelukannya sambil merasakan kenikmatan yang luar biasa. Kakinya melingkar di sekitar pinggangku, sementara bibirku terus menghujani sekujur wajah dan lehernya dengan ciuman. Ana masih bisa merasakan kedutan nonoknya. Setelah beristirahat sejenak, kami segera membersihkan diri dengan di kamar mandi. Ana dan Dina belum pernah merasakan sedemikian nikmatnya dientot lelaki dan aku juga puas banget ngentot dengan mereka

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda