Selasa, 06 Juli 2010

Gadis SMA yang malang 25 09 2009

Seperti biasa pada pagi yang cerah Nina bersiap untuk berangkat sekolah. Nina, gadis cantik bertubuh sedang, sexy dan putih mulus. Gadis berkacamata ini cukup pintar dan rajin dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Dia dikenal sebagai gadis nomor satu di sekolahnya. Sifatnya yang tomboy memudahkan para teman prianya untuk menikmati tubuh Nina dengan memandangi payudara, paha, pinggul, ketiak dan pantatnya yang besar. Karena Nina sangat mudah bergaul dengan anak cowok. Tinggi Nina sekitar 168 cm, dan beratnya 55 kg.

Nina memang mempunyai tubuh yang paling sempurna di sekolahnya. Dengan ukuran bra 36c, ia kadang tidak memakai bra untuk menyangga susunya ketika bermain dengan teman-temannya. Para teman cowoknya yang beruntung saat itu, akan dapat menikmati pemandangan yang membuat jakun pria naik turun. Mereka berharap bisa menjamah kantong susu itu, dan meminum susunya. Meskipun tidak mengenakan bra, susu Nina yang hanya ditutupi kaos terlihat kencang dan tegak. Itu karena Nina rajin berolahraga, baik itu push-up, sit-up, jogging, basket, dll. Sehingga susunya pun sangat padat dan kenyal. Tapi yang paling menonjol adalah buah pantatnya yang besar dan luar biasa montok. Nina terpilih mempunyai pantat terindah oleh teman-teman cowoknya. Disamping itu Nina selalu memakai rok birunya yang ketat, pantatnya pun bergantian naik-turun ketika ia berjalan. Garis celana dalamnya tercetak jelas di belakang roknya, menandakan betapa padat dan montok pantatnya.

Selama proses belajar mengajar, para guru laki-laki yang mengajarnya sering memperhatikan belahan payudara Nina yang kadang terlihat sedikit menyembul keluar, dan roknya yang tersingkap sehingga pahanya yang putih mulus terpampang jelas dimata gurunya. Nina kadang sengaja membiarkan beberapa bagian tubuhnya diamati. Nina mempunyai pinggul yang lebar, pantat yang sekal dan paha yang besar dan gempal menggairahkan. Bahkan tidak jarang teman-teman cowok dikelasnya yang nekat masturbasi dikelas ketika sedang jam pelajaran, karena tidak tahan melihat paha atau pantat Nina di depannya. Nina sangat bersemangat disekolahnya. Ia aktif mengikuti kegiatan ekstra di sekolahnya seperti pramuka dan paskibraka. Nina sekolah di sebuah SMU swasta yang terkenal dikotanya, sekarang ia kelas3.

*****

Pagi sekali sekitar pukul 06. 30 dia sudah menunggu angkutan kota menuju sekolahannya, jarak sekolahnya tidak terlalu jauh sekitar 5 km. Apalagi nanti ada upacara. Tiba-tiba ketika Nina sedang asyik-asyiknya jalan sendiri sambil baca buku pelajaran, ada seorang naik mobil menghampirinya.

“Halo Nina kok jalan?”, tanya si pengendara mobil itu yang ternyata adalah Pak Bambang guru Fisikanya.

“Lho Bapak kok jam segini sudah berangkat?” tanya Nina spontan.

“Iya saya habis nginap di tempat saudara, takutnya telat. Kalo mo ke sekolah, ayo ikut Bapak saja” ajak Pak Bambang.

Karena Nina sudah kenal benar dengan yang namanya Pak Bambang. Akhirnya mau juga nebeng Pak Bambang. Tapi Nina nggak tahu disitulah awal bencana bagi Nina.

“Dik Nina nggak keberatan khan kalau kita mampir dulu ke rumah adik saya, soalnya saya baru ingat kalau buku laporan saya tertinggal di sana?” Pak Bambang membuat alasan.

“Iya Pak tapi cepetan yah, biar nggak telat”

Tiba-tiba Pak Bambang mempercepat kecepatan mobilnya dengan sangat tinggi dan arahnya ke rumah kosong di pedesaan yang jarang terjamah orang.

Sesampainya disitu Nina ditarik dengan paksa masuk ke dalam rumah kosong dan disitu sudah ada Pak Wahyu, Pak Joko yang merupakan wali kelas Nina yang sudah lama mengamati Nina dan nggak ketinggalan kepala sekolah Pak Budi dan wakil kepala sekolahnya yang namanya Pak Dono. Mereka semua nampaknya sudah menunggu semenjak tadi.

“Halo Nina, sudah ditunggu dari tadi lho?”, seru salah seorang dari mereka.

“Apa-apaan nih? Apa yang Bapak-Bapak lakukan disini?”, Nina mulai kebingungan.

Nina menjerit karena dia mulai digerayangi.

“Bangsat tua bangka jangan coba-coba sentuh saya”.

“Diam, kamu pengin lulus nggak? Berani melawan perintah gurumu yah”, kata Pak Budi selaku guru Matematika.

Nina mencoba melawan dengan memukuli dan menendang gurunya. Tapi Nina kalah setelah ia dihantam perutnya oleh Pak Joko guru olahraganya, dan digampar pipinya berkali-kali sampai Nina kelenger hingga merah dan bibirnya berdarah. Nina meringis kesakitan.

“Nah sekarang emut dan hisep tongkol saya, tongkol Pak Andi, tongkol Pak Joko dan Pak Dono yang kenceng nyedotnya, kalo nggak saya obrak-abrik rahim kamu biar nggak bisa punya anak, Mau?”

Karena ketakutan akhirnya Nina mengulum tongkol para gurunya. Nina menyedot penis mereka satu persatu dengan bibirnya yang merah dan mulutnya yang mungil, sambil tangannya menggenggam penis para Bapak guru sambil mengocok-ngocoknya.

“Nah gitu terus yang enak ayo jangan berhenti, telen pejuhnya biar kamu tambah pinter”, seru Pak Bambang.

“Mmmphh, slerrpp, mmhh”

Dengan terpaksa Nina menghisap tongkol-tongkol mereka sampe mereka semua pada orgasme.

“Edan, nih cewek nyepongnya mantep banget Nina, lo pasti sudah sering nyepongin tongkol temen-temen lo yah? Haa, ha, ha, ha”.

Guru Nina satu persatu menyemburkan sperma mereka ke dalam mulut Nina, dan mengalir ke tenggorokannya. Walaupun Nina hampir muntah dia memaksakan untuk menelan pejuh kelima orang itu. Dia masih tak percaya dioral oleh gurunya sendiri. Wajah Nina mulai terlihat kelenger lagi, sepertinya ia mabuk sperma, merasakan mual pada perutnya.

Setelah mereka puas memperkosa mulut Nina ternyata mereka langsung menelanjangi Nina. Pak Dono memegang kedua tangan Nina, Pak Budi memelorotkan rok abu-abunya, Pak Joko merobek pakaian dan kutang Nina.

“Nih murid teteknya putih banget, gede lagi, putingnya pink pasti manis nih. Wahh, kenyal sekali, lembut banget Bapak-Bapak” Pak Joko mengomentari payudara Nina, sambil mulai meremas-remas payudara Nina.

Dalam sekejap Nina sudah dalam keadaan tanpa busana.

“Jangan pak jangan, atau saya akan melapor ke polisi”, seru Nina sambil teriak.

“Ooo, coba saja nanti, sekarang sebaiknya kamu persiapkan diri kamu untuk menerima pelajaran khusus” seru Pak Budi sambil menjambak rambut Nina.

Nina sekarang hanya mengenakan celana dalam putih saja.

Ketika Pak Budi hendak beraksi tiba-tiba Pak Bambang protes.

“Karena saya yang dapat perek ini maka saya duluan yang memperkosanya.”

Tanpa membuang waktu lagi kini diputarnya tubuh Nina menjadi tengkurap, kedua tangannya yang ditarik ke belakang menempel di punggung sementara dada dan wajahnya menyentuh kasur. Kedua tangan kasar Pak Bambang itu kini mengusap-usap bagian pantat Nina, dirasakan olehnya pantat Nina yang sekal. Sesekali tangannya menyabet pantat Nina dengan keras, bagai seorang Ibu yang tengah menyabet pantat anaknya yang nakal.

“Plak,Plak.”.

“Wah sekal sekali pantat kamu Nina, kenyal, gila nih Don, paha murid kita satu ini gede amat. Putihnya ya ampun, banyak bulu-bulu halusnya lagi di pahanya” ujar Pak Bambang sambil terus mengusap-usap dan memijit-mijit pantat Nina sambil sesekali mencabuti bulu-bulu dipaha Nina yang putih gempal itu.

Nina mengaduh kesakitan.

“Bakal mabuk nih kita nikmatin pantat segede gini, seperti bokong sapi aja.”

“Montoknya, ya ampun, gede, kenyal lagi” sambil memijat pantat Nina yang memerah karena tamparan tangan Pak Bambang.

Pak Dono lalu menjilati dan menggigiti bongkahan pantat si Nina.

“Aakhh, bangsat, keparat, jangan sentuh pantat gue”, Nina membentak mereka.

“Plakk” sebuah tamparan sangat keras ke pipi Nina.

“Diam kamu, pelacur pengin gue rontokin gigi putih loe”, Pak Dono balas membentak.

Nina hanya diam pasrah, sementara tangisannya mulai terdengar. Tangisnya terdengar semakin keras ketika tangan kanan Pak Bambang secara perlahan-lahan mengusap kaki Nina mulai dari betis naik terus ke bagian paha lalu mengelus-elus paha mulus putih Nina dan akhirnya menyusup masuk kedalam roknya hingga menyentuh kebagian selangkangannya.

“Jangan paak, saya mohon, saya masih perawan pakk”, Nina teriak ketakutan.

Sesampainya dibagian itu, salah satu jari tangan kanan Pak Bambang, yaitu jari tengahnya menyusup masuk ke celana dalamnya dan langsung menyentuh kemaluannya. Kontan saja hal ini membuat badan Nina agak menggeliat, dia mulai sedikit meronta-ronta, namun jari tengah Pak Bambang tadi langsung menusuk lobang kemaluan Nina.

“Egghhmm, oohh, shitt,shitt”, Nina menjerit badannya mengejang tatkala jari telunjuk Pak Bambang masuk kedalam liang kewanitaannya itu.

Badan Nina pun langsung menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan, ketika Pak Bambang memainkan jarinya itu didalam lobang kemaluan Nina. Nafas Ninaterengah-engah sambil mengerang kesakitan.

Dengan tersenyum terus dikorek-koreknyalah lobang kemaluan Nina, sementara itu badan Nina menggeliat-geliat jadinya, matanya merem-melek, mulutnya mengeluarkan rintihan-rintihan yang keluar dari mulutnya itu Pak Bambang menciumi bibir vagina Nina sambil sesekali memasukkan lidahnya kedalam liang vagina Nina, kepala Pak Bambang menghilang di bawah selangkangan Nina sambil kedua tangannya dari bawah meremas -remas pantat Nina. Sementara Pak Dono meremas payudara kanan Nina, dan mulutnya mengulum payudara Nina satunya lagi.

“Pak Bambang, susu murid kesayanganmu ini gurih sekali, harum lagi, kualitas nomer satu”.

Pak Dono asyik menyantap payudara Nina, yang ranum padat dan kenyal sekali.

“Ehhmmppphh, mmpphh, ouughh, sakii..iit, paa..ak”.

Nina terus mengerang kesakitan pada kedua buah dadanya dan kenikmatan pada kemaluannya. Setelah beberapa menit lamanya, kemaluan Nina pun menjadi basah oleh cairan kewanitaannya, Pak Bambang kemudian mencabut jarinya.

Melihat Nina yang meronta-ronta, Pak Bambang semakin bernafsu dan dia segera menghunjamkan penisnya ke dalam vagina Nina yang masih perawan. Walaupun vagina Nina sudah basah oleh air liur Pak Bambang dan cairan vagina Nina yang keluar, namun Pak Bambang masih merasakan kesulitan saat memasukkan penisnya, karena vagina Nina yang perawan masih sangat sempit. Nina hanya dapat menangis dan berteriak kesakitan karenakeperawanannya yang telah dia jaga selama ini akan direnggut dengan paksa seperti itu oleh gurunya sendiri. Lalu dengan ngacengnya Pak Bambang memasukkan batang penisnya lagi.

“Auw aduh duh sshh, saakkii.. iitt, pakk.. ammpuu.. uunnn”, terdengar suara dari mulut Nina yang terlihat kesakitan.

Dia mulai menangis sambil mendesah menikmati tongkol Pak Bambang yang mengaduk-aduk liang peranakannya. Terlihat jelas raut wajah Nina yang menahan sakit luar biasa pada selangkangannya.

Nina sekarang lebih terdengar suara tertahan ketika penis disodok-sodokkan ke lubang memiawnya.

“Huek, hek, hek aah oohh jangan, uh, duh, ampunn pakk”, ternyata Nina telah orgasme.

Sungguh mengasyikan melihat expresi Nina yang merem-merem sambil menggigit bibir bawahnya. Pak Bambang terus menggenjot memiaw Nina. Menit-menitpun berlalu dengan cepat, masih dengan sekuat tenaga Pak Bambang terus menggenjot tubuh Nina, Ninapun nampak semakin kepayahan karena sekian lamanya Pak Bambang menggenjot tubuhnya. Rasa pedih dan sakitnya seolah telah hilang, erangan dan rintihanpun kini melemah, matanya mulai setengah tertutup dan hanya bagian putihnya saja yang terlihat, sementara itu bibirnya menganga mengeluarkan alunan-alunan rintihan lemah,

“Ahh, ahh, oouuhh”.

Lalu Pak Bambang memposisikan tubuh Nina menungging. Pantat Nina sekarang terlihat kokoh menantang, ditopang paha panjangnya yang putih dan tegak. Pak Bambang memasukkan kejantanannya yang berukuran 20 cm lebih itu ke vagina Nina hingga terbenam seluruhnya, lalu dia menariknya lagi dan dengan tiba-tiba sepenuh tenaga dihujamkannya benda panjang itu ke dalam rongga vagina Nina hingga membuatnya tersentak kaget dan kesakitan sampai matanya membelalak disertai teriakan panjang.

“Aaahh, Stoop, kumohon jangan”.

Kedua tangan Pak Bambang memegang pantat Nina, sedangkan pinggulnya bergoyang-goyang berirama. Sesekali tangan Pak Bambang mengelus-elus pantat Nina dan sesekali meremas payudara Nina dari belakang.

Beberapa menit kemudian, Pak Bambang kembali mempercepat goyangan pinggulnya, kemudian dia menarik kedua tangan Nina. Jadi sekarang persis seperti menunggangi kuda lumping, kedua tangan Nina dipegang dari belakang sedangkan pantatnya digoyang seirama sodokan penis Pak Bambang. Karena tidak disangga kedua tangannya lagi, kini buah dada Nina tergencet diatas tikar tipis sebagai alas Nina disetubuhi. Sedangkan wajah Nina menghadap keatas dengan mulut menganga mengerang kesakitan. Melihat keadaan Nina seperti itu, pak Bambang semakin bersemangat mengebor liang vagina Nina.

“Anjinggg, bangsaatt, perekk, loo, Nina ngentoott, gue entotin loo”.

Pak Bambang merancau tak jelas. Dan akhirnya Pak Bambangpun berejakulasi dilobang kemaluan Nina, kemaluannya menyemburkan cairan kental yang luar biasa banyaknya memenuhi rahim Nina.

“Aa, aakkhh, oohh”, sambil mengejan Pak Bambang melolong panjang bak serigala, tubuhnya mengeras dengan kepala menengadah keatas.

“Aoohh, oouuhh, bangsaatt, shitt, shitt”.

Nina mengumpat sambil mendesah, tubuhnya mengejang merasakan air mani Pak Bambang membanjiri rahimnya. Puas sudah dia menyetubuhi Nina, rasa puasnya berlipat-lipat baik itu puas karena telah mencapai klimaks dalam seksnya, puas dalam menyetubuhi Nina, puas dalam merobek keperawanan Nina dan puas dalam memberi pelajaran kepada gadis nomor satu di sekolah itu.

Nina menyambutnya dengan mata yang secara tiba-tiba terbelalak, dia sadar bahwa gurunya telah berejakulasi karena dirasakannya ada cairan-cairan hangat yang menyembur membanjiri vaginanya. Cairan kental hangat yang bercampur darah itu memenuhi lobang kemaluan Nina sampai sampai meluber keluar membasahi paha dan sprei kasur. Nina yang menyadari itu semua, mulai menangis namun kini tubuhnya sudah lemah sekali.

Setelah itu Pak Andi maju untuk mengambil giliran. Kali ini Pak Andi mengangkat kedua kaki Nina ke atas pundaknya, dan kemudian dengan tidak sabar dia segera menancapkan penisnya yang sudah tegang ke dalam vagina Nina. Pak Andi masih mengalami kesulitan saat memasukkan penisnya, meskipun vagina Nina kini sudah licin oleh sperma Pak Bambang dan juga cairan vagina Nina. Vagina Nina masih sangat sempit. Kembali vagina Nina diperkosa secara brutal oleh Pak Andi, dan Nina lagi-lagi hanya dapat berteriak kesakitan.

“Bangsatt, akkhh, bajingaannn, sudahh, sudahh, keparaatt”

Namun kali ini Nina tidak berontak lagi, karena dia pikir itu hanya akan membuat gurunya semakin bernafsu saja.

Sementara itu Pak Andi terus memompa vagina Nina dengan cepat sambil satu tangannya meremas-remas payudara Nina yang bulat kenyal dan tidak lama kemudian dia mencapai puncaknya dan mengeluarkan seluruh spermanya didalam vagina Nina.

“Ooohh, makan nih pejuh gue”.

Nina hanya dapat meringis kesakitan, tubuhnya telentang tidak berdaya di lantai. Walaupun tangan dan kakinya sudah tidak dipegangi lagi, dan membayangkan dirinya akan hamil karena saat ini adalah masa suburnya. Dia dapat merasakan ada cairan hangat yang masuk ke dalam vaginanya. Darah perawan Nina dan sebagian sperma Pak Andi mengalir lagi keluar dari vaginanya.

“Hmmpphh, hhmmppp, oohhkk, oughh”, Nina menjerit dengan tubuhnya yang mengejang ketika Pak Budi mulai menanamkan batang kemaluannya di dalam lobang kemaluan Nina.

Matanya terbelalak menahan rasa sakit dikemaluannya, tubuhnya menggeliat-geliat sementara Pak Budi terus berusaha menancapkan seluruh batang kemaluannya. Memang agak sulit selain meskipun sudah dimasuki dua penis tadi, usia Nina juga masih tergolong muda sehingga kemaluannya masih sangat sempit.

Akhirnya dengan sekuat tenaganya, Pak Budi berhasil menanamkan seluruh batang kemaluannya di dalam vagina Nina. Tubuh Nina berguncang-guncang disaat itu karena dia menangis merasakan sakit dan pedih tak terkirakan dikemaluannya itu. Diapun terus memohon kepada Pak Budi agar mau melepaskannya.

“Ahh, rasain loe, akhirnya aku bisa ngerasain jepitan memiaw kamu sayang”, bisiknya ke telinga Nina.

“Oouuhh, Paakk, saakiitt, Paak, ampuunn”, rintih Nina dengan suara yang megap-megap.

Jelas Pak Budi tidak peduli. Dia malahan langsung menggenjot tubuhnya memompakan batang kemaluannya keluar masuk lobang kemaluan Nina.

“Aakkhh, oohh, oouuhh, oohhggh”, Nina merintih-rintih, disaat tubuhnya digenjot oleh Pak Budi, badannyapun semakin menggeliat-geliat.

Otot-otot dinding vaginanya kuat mengurut-urut batang kemaluan Pak Budi yang tertanam didalamnya, karenanya Pak Budi merasa semakin nikmat. Sambil memukuli perut Nina dengan tangannya, berharap agar vagina Nina mencengkram penisnya dengan lebih erat karena lobang vagina Nina semakin mengendur.

Tiba-tiba Pak Budi mencabut penisnya dan dia duduk di atas dada Nina. Pak Budi meraih payudara Nina, kemudian Pak Budi menekan-nekan dan meremas dengan sadis payudara Nina sambil sekali-kali menghisapnya dengan liar. Tak sungkan-sungkan Pak Budi menggigit puting susunya karena gemas melihat puting pink milik Nina itu. Pak Budi kemudian menampar payudara Nina yang kiri dan kanan berkali-kali, meremas dan menarik-narik dan begitulah seterusnya. Sepertinya Pak Budi sangat menikmati payudara Nina yang montok itu, sehingga payudara Nina berwarna kemerahan dan membuat Nina merasa perih dan kesakitan. Lalu Pak Budi meremasnya dengan kasar dan mendempetkan kedua buah payudara Nina yang montok itu dengan kedua tangannya dan menggosok-gosokkan penisnya di antara celah kedua payudara Nina, sampai akhirnya dia memuncratkan spermanya ke arah wajah Nina. Nina gelagapan karena sperma Pak Budi mengenai bibir dan juga matanya. Setelah itu Pak Budi masih sempat membersihkan sisa sperma yang menempel di penisnya dengan mengoleskan penisnya ke payudara Nina dan ke puting susunya.

Selanjutnya dua orang, Pak Joko dan Pak Dono maju. Mereka kini menyuruh Nina untuk mengambil posisi seperti merangkak. Kemudian Pak Joko berlutut di belakang pantat Nina dan mulai mencoba memasukkan penisnya ke lubang anus Nina yang sangat sempit.

“Gila nih cewek, bokongnya montok banget kenyal lagi, lihat nih Tin paha si Nina. Gempal, gede, putih banget. Bener kata Pak Bambang” Kata Pak Joko.

“Ampuunn, jangan sodomi saya paakk, saya mohoonn”.

Membayangkan kesakitan yang akan dialaminya, Nina mencoba untuk berdiri, tetapi kepalanya dipegang oleh Pak Dono yang segera mendorong wajah Nina kearah penisnya. Kini Nina dipaksa mengulum dan menjilat penis Pak Dono. Penis Pak Dono yang tidak terlalu besar tertelan semuanya di dalam mulut Nina.

Sementara itu, Pak Joko masih berusaha membesarkan lubang anus Nina dengan cara menusuk-nusukkan jarinya ke dalam lubang anus Nina.

“Akkhh, oohh, aahh, sshh, perihh, pakk”

Sesekali Pak Joko menampar pantat Nina dengan keras, sehingga Nina merasakan pantatnya panas.

“Gila nih perek, bokongnya gede tapi lobangnya kecil banget”

Kemudian Pak Joko juga berusaha melicinkan lubang anus Nina dengan cara menjilatinya.

Nina merasakan sensasi aneh yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya saat lidah Pak Joko menjilati lubang anusnya. Ia berada dibelakang Nina dengan posisi menghadap punggung Nina.

Ketika lobang dubur Nina agak terbuka, Pak Joko menuang sebotol minyak goreng kedalam lobang dubur Nina. Setelah itu kembali direntangkannya kedua kaki Nina selebarbahu, dan,

“Aaaaaaaaaaaaaaaakkhh.”,

Nina melolong panjang, badannya mengejang dan terangkat dari tikar disaat Pak Jokol menanamkan batang kemaluannya didalam lobang anus Nina. Rasa sakit tiada tara kembali dirasakan didaerah selangkangannya, dengan agak susah payah kembali Pak Joko berhasil menanamkan batang kemaluannya di dalam lobang anus Nina, meskipun baru masuk setengahnya. Setelah itu tubuh Nina kembali disodok-sodok, kedua tangan Pak Joko meraih payudara Nina serta meremas-remasnya.

Tidak lama kemudian Nina kembali menjerit kesakitan. Rupanya anusnya sudah jebol oleh penis Pak Joko yang berhasil masuk seluruhnya dengan paksa. Kini Pak Joko memperkosa anus Nina perlahan-lahan, karena lubang anus Nina masih sangat sempit dan kering. Ketika Pak Joko menarik penisnya, mulut dubur Nina ikut tertarik sehingga terlihat monyong keluar. Lalu Pak Joko menyodokkan lagi penisnya, sehingga kini dubur pantat Nina mengempot.

“Aaakkhh, ouughh, sakii.. iitt, pak, periihh, akuu, nggakk.. kuatt, pakk, periihh, sakiitt”.

Nina menjerit keras sekali, ia baru saja merasakan rasa sakit yang teramat sangat yang pernah dirasakannya. Pak Joko merasakan kesakitan sekaligus kenikmatan yang luar biasa saat penisnya dijepit oleh anus Nina. Pak Joko merasa penisnya lecet didalam pantat Nina. Kenikmatan yang terus-menerus dirasakannya ketika menunggangi pantat Nina. Tak terbayang bagaimana wajah orang tua Nina, jika menyaksikan persetubuhan yang tidak manusiawi yang dialami putrinya. Anak perempuan yang mereka rawat dengan kasih sayang hingga remaja dan dibiayai, sekarang tubuhnya sedang menungging telanjang bulat, pantatnya disodomi oleh gurunya sendiri.

Seperempat jam lamanya Pak Joko menyodomi Nina, waktu yang lama bagi Nina yang semakin tersiksa itu.

“Eegghh, aakkhh, oohh”.

Dengan mata merem-melek serta tubuh tersodok-sodok, Nina merintih-rintih, sementara itu kedua payudaranya diremas-remas oleh kedua tangan Pak Joko. Saat Nina berteriak, kembali Pak Dono mendorong penisnya ke dalam mulut Nina, sehingga kini Nina hanya dapat mengeluarkan suara erangan yang tertahan, karena mulutnya penuh oleh penis Pak Dono. Tubuh Nina terdorong ke depan dan ke belakang mengikuti gerakan penis di anus dan mulutnya.

Kedua payudara Nina yang menggantung dengan indah bergoyang-goyang karena gerakan tubuhnya diremas-remas dengan brutal oleh Pak Joko. Nina berteriak-teriak kesakitan.

“Aakkhh, oohh, oouhh, aammpuunn, pakk”

Keadaan ini terus berlangsung sampai akhirnya Pak Joko dan Pak Dono mencapai klimaks hampir secara bersamaan. Pak Joko yang sudah tidak tahan karena seret dan panasnya dubur Nina menyemburkan spermanya di dalam anus Nina, Nina merasakan perih pada rongga duburnya yang lecet tersiram sperma Pak Joko. Dan Pak Dono menyemburkan spermanya di dalam mulut Nina. Nina terpaksa menelan semua sperma Pak Dono agar dia dapat tetap bernafas. Nina hampir muntah merasakan sperma itu masuk ke dalam kerongkongannya, namun tidak dapat karena penis Pak Dono masih berada di dalam dan mengocok-ngocok mulutnya. Nina membiarkan saja penis Pak Dono berada di dalam mulutnya untuk beberapa saat sampai Pak Dono menarik keluar penisnya dari mulut Nina. Sebagian sisi sperma Pak Dono yang tidak tertelan meluber keluar bercampur dengan air liur Nina.

Kemudian Pak Dono memaksa Nina untuk membersihkan penisnya dari sperma dengan cara menjilatinya. Pak Joko juga masih membiarkan penisnya di dala manus Nina dan sesekali masih menggerak-gerakkan penisnya di dalam anus Nina, mencoba untuk merasakan kenikmatan yang lebih banyak. Nina dapat merasakan kehangatan sperma di dalam lubang anusnya yang secara perlahan mengalir keluar dari lubang anusnya. Perih yang luar biasa dirasakan lobang pantat Nina yang lecet-lecet.

Setelah Pak Joko mencabut penisnya dari anus Nina, lalu Pak Dion mengambil kursi dan duduk di atasnya. Dia menarik Nina mendekati dan mengangkat tubuh Nina lalu memposisikan mengangkangi penisnya menghadap dirinya. Pak Dion kemudian mengarahkan penisnya ke vagina Nina, dan kemudian memaksa Nina untuk duduk di atas pangkuannya, sehingga seluruh penis Pak Dion langsung masuk ke dalam vagina Nina.

“Aohh, oouuhh, sakii..itt, udahh, Paak, ngiluu paakk”, Nina mengerang kesakitan.

Setelah itu, Nina dipaksa bergerak naik turun, sementara Pak Dion meremas dan menjilati kedua payudara dan puting susu Nina. Sesekali Pak Dion menyuruh Nina untuk menghentikan gerakannya untuk menahan orgasmenya. Pak Dion dapat merasakan vagina Nina berdenyut-denyut seperti memijat penisnya, dan dia juga dapat merasakan kehangatan vagina Nina yang sudah basah.

Pak Dion masih belum puas. Dia memiringkan tubuh Nina lalu mengangkat kaki kanan Nina ke bahunya dan mulai menyodok-nyodokan penisnya di liang kemaluan Nina. Nina menahan sakit bercampur nikmat itu dengan menggigit bibirnya sendiri hingga berdarah, wajahnya yang sudah penuh air mata dan memar bekas tamparan itu tidak membuat iba gurunya itu. Pak Dion tanpa kenal ampun berkali-kali menghujamkan senjatanya dengan sepenuh tenaga. Temannya yang gendut itu juga menjilati payudara Nina yang bergoyang-goyang akibat irama pinggul Pak Dion, lidahnya bermain-main di ujung putingnya yang sudah sangat keras. Pak Dion tidak dapat bertahan lama, karena dia sudah sangat terangsang sebelumnya ketika melihat Nina diperkosa oleh para rekannya, sehingga dia langsung memuncratkan spermanya ke dalam vagina Nina. Nina kembali merasakan kehangatan yang mengalir di dalam vaginanya.

Selanjutnya, Pak Gatot yang mengambil giliran untuk memperkosa Nina. Dia menarik Nina dari pangkuan Pak Dion, kemudian dia sendiri tidur telentang di lantai. Nina disuruh untuk berlutut dengan kaki mengangkang di atas penis Pak Gatot. Kemudian secara kasar Pak Gatot menarik pantat Nina turun, sehingga vagina Nina langsung terhunjam oleh penis Pak Gatot yang sudah berdiri keras.

“Akkhh, aakkhh, oogghh,”. teriakan memilukan keluar dari mulut Nina.

Penis Pak Gatot, yang jauh lebih besar daripada penis-penis sebelumnya meskipun tubuhnya pendek yang memasuki vagina Nina, masuk semuanya ke dalam vagina Nina, membuat Nina kembali merasakan kesakitan karena ada benda keras yang masuk jauh ke dalam vaginanya. Nina merasa vaginanya dikoyak-koyak oleh penis Pak Gatot. Pak Gatot memaksa Nina untuk terus menggerakkan pinggulnya naik turun, sehingga penis Pak Gatot dapat bergerak keluar masuk vagina Nina dengan leluasa. Kedua payudara Nina besar menggantung bebas, naik turun seirama tubuhnya.

Kemudian Pak Gatot menjepit kedua puting susu Nina dan menariknya ke arah dadanya, sehingga kini payudara Nina berhimpit dengan dada Pak Gatot. Pak Gatot benar-benar terangsang saat merasakan kedua payudara Nina yang kenyal dan hangat menempel rapat ke dadanya. Melihat posisi seperti itu, Pak Joko melepas ikat pinggangnya dan mulai mencambuk punggung dan bongkahan pantat Nina beberapa kali.

“Akkhh, aakhh, damn, shitt”, Nina kembali merasakan perih luar biasa pada punggung, pantat, dan pahanya.

Cambukan Pak Joko sangat keras sehingga membuat garis lurus merah di kulit punggung, pantat, dan paha Nina.

Walaupun cambukan itu tidak terlalu keras, namun Nina tetap merasakan perih dan panas di punggung dan pantatnya, sehingga dia berhenti menggerakkan pinggulnya. Merasakan bahwa gerakan Nina terhenti, Pak Gatot marah. Kemudian dia mencengkeram kedua belah pantat Nina dengan tangannya, dan memaksanya bergerak naik turun sampai akhirnya Nina menggerakkan sendiri pantatnya naik turun secara refleks. Pak Gatot mencengkram pinggul Nina, lalu membuat goyangan memutar sehingga ia merasakan sensasi luar biasa dengan goyangan mengebor Nina itu.

“Oohh, sshh, shh”, Pak Gatot mendesah kenikmatan, sambil merasakan pantat Nina yang empuk basah menduduki selangkangannya.

Ketika Pak Gatot hampir mencapai klimaks, dia memeluk Nina dan berguling, sehingga posisi mereka kini bertukar, Nina tidur di bawah dan Pak Gatot di atasnya. Sambil mencium bibir Nina dengan sangat bernafsu dan meremas payudara Nina, Pak Gatot terus menggenjot vagina Nina. Tidak lama kemudian gerakan Pak Gatot terhenti. Pak Gatot mencabut penisnya keluar dari vagina Nina dan segera menyemprotkan spermanya di sekitar bibir vagina Nina. Kemudian dia menarik tangan kanan Nina dan memaksa Nina untuk meratakan sperma yang ada di sekitar vaginanya dengan tangannya sendiri.

Setelah itu Pak Heru, guru kimianya maju mengambil giliran memperkosa vagina Nina. Ia mengangkat kedua kaki Nina dan menyandarkannya diatas bahunya, Pak Heru menempelkan kepala penisnya di mulut vagina Nina. Dengan kasar Pak Heru menyodokkan penisnya dengan keras kedalam liang peranakan Nina. Lalu ia mulai menggenjotnya. Hampir sepuluh menit Pak Heru memompa vagina Nina dengan kasar, membuat vagina Nina semakin terasa licin dan longgar. Sebelum mencapai puncaknya, Pak Heru mencabut penisnya dari vagina Nina dan memaksa Nina untuk membuka mulutnya lebar-lebar untuk menampung spermanya. Setelah itu, Pak Heru memaksa Nina untuk berkumur dengan spermanya dan kemudian menelannya. Semua orang disitu tertawa senang melihat itu, sementara Nina menahan jijik dan rasa malu yang luar biasa karena diperlakukan dengan hina seperti itu. Kini wajah Nina terlihat mblenger oleh sperma milik Pak Heru.

Semua posisi yang mungkin dibayangkan dalam hubungan seks sudah dipraktekkan oleh para Guru Nina terhadap tubuh Nina. Kali ini Nina tidak kuat lagi menahan orgasmenya yang ke 20, dan dia mengalami orgasme hebat, namun tidak sehebat yang pertama. Cairan vaginanya sudah mulai habis. Rongga vaginanya mulai mengering, karena cairan vaginanya sudah hampir habis dikeluarkan. Nina merasakan sakit luar biasa pada rongga vaginanya. Ditambah penis para gurunya yang tak henti-hentinya menyodok dan menggesek rongga vaginanya yang kering, sehingga membuat rongga vaginanya lecet dan sobek. Hanya darah dari luka di rongga vaginanya lah yang membasahi daging kemaluannya dan burung yang tengah bersarang di dalamnya.

Setelah delapan gurunya selesai memperkosa dirinya untuk kesekian kalinya, Nina akhirnya pingsan karena kecapaian dan karena kesakitan yang menyerang seluruh tubuhnya terutama di vagina, anus dan juga kedua buah payudaranya. Nina telah diperkosa secara habis-habisan selama empat jam lebih oleh gurunya sendiri. Dan semua kejadian itu direkam oleh Pak Bambang.

Lebih-lebih ketika posisi kedua tangan Nina yang terikat digantung keatas. Pak Andi menjilati dan menciumi payudara Nina.

“Mmuuahh, tetek lo montok banget sih, rasanya asin tapi gurih dan baunya haruumm”

Liur Pak Andi membasahi tetek Nina. Nina kembali disetubuhi dari 2 arah tentu saja lubang anus dan vaginanya. Nina kini hanya bisa menggigit bibir sambil kakinya menendang-nendang ke segala arah, sambil sesekali seperti orang mengejan.

“Ouughh, arrkhh, ouhh, udah paa..ak perih, sakiitt, ouughh, aa, akh”

Nina terus berontak seperti orang kesetanan. Karena dubur Nina mulai mengering, Pak Andi kembali membasahi dubur Nina dan batang penisnya sendiri dengan minyak goreng agar licin. Pak Andi menyodomi Nina untuk ke 4 kalinya. Dilanjutkan dengan Pak Joko lagi, yang senang sekali main sodomi. Apalagi dapat pantat semontok pantat Nina, ia semakin bernafsu menghancurkan anus Nina (Anal Destruction).

Kemudian mereka kembali menelentangkan Nina di lantai, lalu mereka maju semua mencari bagian-bagian tubuh Nina yang bisa di gunakan untuk memuaskan penis mereka. Pak Joko memasukkan penisnya ke dalam mulut Nina, dan memaksa mengulumnya. Pak Bambang menyarangkan penisnya ke dalam memiaw Nina yang berdarah-darah. Pak Andi melesakkan penisnya yang super besar dan panjang itu ke dalam lobang pantat Nina yang sudah hancur. Pak Gatot menjepitkan penisnya di antara belahan payudara Nina, kemudian menggosok-gosoknya sambil memelintir dan menarik puting susu Nina yang coklat mungil dan membengkak. Pak Dono menaruh penisnya ditengah-tengah ketiak kanan Nina yang gemuk putih dengan beberapa helai rambutnya, lalu menjepitnya dan memaju mundurkan penisnya di dalam jepitan ketiak Nina. Sedangkan Pak Budi melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Pak Dono dengan menjepitkan penisnya ke ketiak Nina yang sebelah kiri. Sedangkan Pak Heru meraih tangan kanan Nina, kemudian memaksa tangannya mencengkram penisnya lalu membantu tangan Nina untuk mengocoknya. Yang terakhir yaitu Pak Dion, melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Pak Heru dengan tangan kiri Nina.

Akhirnya Nina yang sudah tidak kuat pun pingsan, dengan vagina dan anusnya yang dalam keadaan rusak parah, dan terus mengeluarkan darah, sisa sperma, dan sisa cairan vagina dan duburnya. Kedua payudaranya bengkak memerah dan lecet-lecet, puting susunya yang coklat mungil sobek. Darah dan sperma berceceran dimana-mana. Sudah puas para guru tersebut, mereka membersihkan diri lalu meninggalkan tubuh Nina yang bugil dan berlepotan darah dan sperma dalam keadaan pingsan.

******

Setelah para guru Nina pergi, muncullah beberapa siswa pria di sekolah Nina yang diam-diam mengikuti gurunya. Ketika menemui tubuh Nina yang pingsan dalam keadaan telanjang bulat. Mereka mulai memperkosa tubuh Nina yang masih tidak sadar. Satu diantara mereka menelepon teman-temannya di sekolah. Sekitar 20 menit kemudian datanglah sekitar40 siswa laki-laki di sekolah Nina. Lalu mereka mulai menikmati tubuh Nina secara bergantian ataupun bersama-sama. Ketika sadar, Nina hanya bisa teriak dan memohon, ia tidak punya cukup tenaga untuk melawan. Ia hanya bisa menyaksikan dirinya diperkosa oleh teman-temannya sendiri. Teman-temannya yang sudah lama bermimpi bisa menyetubuhi Nina, akhirnya tercapai juga.

Setelah puas semua, mereka meninggalkan tubuh Nina yang pingsan lagi untuk kesekian kalinya itu. Liang vaginanya sudah menganga sangat lebar, merah membengkak, dan sudah tidak berbentuk lagi. Dengan darah segar yang terus mengalir dari lobang vaginanya. Lobang duburnya pun sudah sangat lebar dengan keadaan rusak parah dengan bentuk berantakan, dengan darah, sperma dan cairan kekuningan yang keluar terus menerus dari liang duburnya. Dan dari sela-sela bibirnya mengalir sperma dan air liur dari dalam mulutnya. Wajahnya tetap cantik dengan masih mengenakan kacamata selama ia diperkosa. Tetapi menampakkan penderitaan yang begitu berat.

Karena merasa kasihan, beberapa temannya mengantarkan Nina ke kostnya. Nina selalu merasakan perih dan rasa sakit yang teramat sangat ketika ia harus buang air kecil. Karena liang pengeluaran air seninya masih bengkak dan agak tertutup lipatan daging mulut vaginanya yang sobek. Dan juga ketika buang air besar, karena lobang duburnya membuka sangat lebar dan belum mau menutup kembali. Jadi setiap saat, anusnya mengeluarkan kotorannya tanpa Nina sadari.

******

Setelah peristiwa tersebut, Nina terus mengunci diri dalam kamar dan diam membisu ketika ditanyai oleh teman ataupun keluarganya. Beberapa hari kemudian Nina pulang ke asalnya, dan tinggal dengan ortunya. Nina mengalami shock berat, dan tidak bisa melanjutkan sekolahnya. Sementara para guru yang memperkosa Nina, bebas beraktivitas karena Nina tidak berani memberi kesaksian. Nina terperangkap dalam trauma perkosaan itu untuk selama hidupnya. Sedangkan para guru yang memperkosanya masih sibuk mencari mangsa siswinya yang lain.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda