Rabu, 02 Juni 2010

tragedi vita

Nama lengkapnya adalah Vita Anggraeni. Umurnya 24 tahun,
dan sebagian besar mahasiswa mengatakan Vita adalah
gadis yang cantik, pintar sekaligus berani. Rambutnya
hitam legam terurai hingga bahu. Buah dadanya berukuran
sedang dan kenyal hingga mampu mengacung tegak walaupun
ia tidak mengenakan BH. Perut Vita rata, pinggulnya
bulat, pinggangnya ramping. Dan sepasang kaki yang
ramping hasil fitness dan olah raga tampak mempercantik
tubuhnya. Selama perjalanan dari kantor polisi di
kotanya hingga penjara ini Vita masih dapat melihat
jalan-jalan yang dilaluinya. Penjara ini benar-benar
terpencil, ia sendiri tidak mengetahui ada penjara di
tempat seperti ini. Dan ketika ia melihat jarak yang
ditempuh ternyata jarak penjara itu dengan batas kotanya
saja sudah lima puluh kilometer lebih dan penjara itu
terletak di tengah hutan.

Lamunan Vita terputus ketika sebuah piring seng berisi
makanan didorong masuk ke dalam selnya lewat jeruji. Ia
tiba-tiba tersadar bahwa dirinya belum makan dalam waktu
24 jam ini, sejak ia dipindahkan dari kantor polisi ke
penjara ini. Ketika mengambil piring itu, Vita melihat
makanannya hanya nasi kering dan sebuah tempe goreng.
Tapi karena perutnya yang tiba-tiba terasa begitu lapar,
Vita langsung menghabiskan makanan itu dan kemudian ia
dengan terpaksa meminum air di ember tadi untuk
menghilangkan rasa hausnya.

Tengah malam ketika Vita tertidur ditutupi oleh selembar
selimut, seorang penjaga masuk ke dalam selnya. Sambil
menarik selimut yang menutupi tubuh Vita, penjaga itu
lalu menarik dan menyeret Vita keluar dari selnya. Vita
berjalan sambil sesekali didorong-dorong oleh penjaga
itu menyusuri gang demi gang sampai akhirnya ia sampai
di sebuah tanah lapang yang dikelilingi tembok tinggi.

Di tengah lapangan itu sudah berdiri lima orang pejaga
lain dan seorang tahanan wanita. Gadis itu tampak cantik
sekali walaupun di sekelilingnya nyaris gelap, hanya ada
beberapa api unggun yang menerangi tempat itu. Vita
dengan tangan dilipat ke belakang oleh penjaga yang
pertama tadi didorong terus hingga ia berdiri dengan
jarak hanya beberapa meter dari gadis tadi.

"Buka baju!" Perintah itu bagaikan tamparan keras di
wajah Vita. Vita ragu-ragu dan kaget setengah mati
mendengar perintah tadi. Vita melihat gadis di depannya
sudah membuka kancing bajunya. Sebuah pukulan mendarat
di pundak Vita membuatnya terdorong maju.
"Gue bilang buka baju!" Masih termangu tak percaya Vita
melepaskan satu-satunya kancing yang ada di bajunya dan
melepaskan baju itu hingga dengan sendirinya terjatuh di
kedua kaki Vita. Vita sudah menyadari apa yang akan
terjadi pada dirinya. Ia akan diperkosa oleh keenam
penjaga itu. Ia pernah membaca berita tentang tindakan
aparat keamanan yang tidak senonoh kepada tahanan
wanita, tapi waktu itu ia tidak percaya.

Tapi sekarang Vita sudah berdiri telanjang ditatap
dengan penuh nafsu oleh para penjaga itu. Vita sendiri
masih perawan, ia dan pacarnya belum pernah berhubungan
lebih jauh dari sekedar petting, dan sekarang Vita
berdiri gemetar berusaha menutupi tubuhnya yang
telanjang bulat dengan tangannya. Gadis di depan Vita
juga sudah telanjang bulat, dan Vita melihat tubuhnya
yang sempurna, jauh lebih terawat dari pada dirinya.
Gadis itu terlihat lebih tegar dan kuat daripada Vita,
ia berdiri tak bergerak di tengah para penjaga dan
matanya tidak menyiratkan rasa takut.

Penjaga yang membawa Vita berdiri di tengah mereka.
"Malam ini kita punya program latihan buat kamu semua.
Kamu berdua harus melawan satu sama lain sampai salah
satu dari kalian tidak bisa bangun lagi. Yang menang
boleh balik ke selnya. Yang kalah musti menghibur kita
di sini. Kalau kalian tidak serius, kalian berdua akan
kena hukuman masing-masing tiga puluh kali pecutan.
Jelas!"

Vita shock sekali mendengar perkataan itu sambil melihat ...

gadis di depannya menganggukkan kepala. Sementara Vita
masih berdiri karena terkejut, gadis di depannya sudah
mendekat dan melayangkan pukulan ke perut Vita sekuat
tenaga. Nafas Vita terhentak keluar ketika ia tersungkur
jatuh berlutut sambil memegangi perutnya. Kemudian Vita
melihat kaki gadis itu terangkat dan mengayun kemudian
menghantam dagunya, membuat kepala Vita tersentak ke
belakang dan tubuh Vita terjengkang ke belakang,
tergeletak di atas tanah setengah sadar. Vita mendengar
para penjaga bersorak-sorak ketika ia berguling ke atas
perutnya dan berusaha bangun dengan susah payah. Vita
kemudian merasakan tubuh gadis itu menyergapnya dari
belakang dan melingkarkan tangannya ke leher Vita
membuatnya susah bernafas. Dengan satu usahanya yang
terakhir Vita mendorong tubuh gadis itu agar ia lepas
dari tubuhnya.

Sekarang mereka berdua berdiri berhadapan satu sama
lain. Gadis itu lalu langsung mendekat lagi sambil
mengayunkan tinjunya, dan kembali menghajar Vita tepat
di dagunya. Pandangan Vita berkunang-kunang berusaha
keras menjaga keseimbangannya. Sebuah pukulan kembali
mendarat di perut Vita membuat ia jatuh terjengkang
lagi. Gadis itu langsung menindihnya dan terus
mengayunkan pukulan ke wajah Vita sampai Vita hampir tak
sadarkan diri. Vita masih bisa merasakan penjaga menarik
gadis itu dari atas tubuhnya sementara ia sendiri
terbaring tak berdaya. Setelah itu gelap.

Vita tidak mengetahui berapa lama ia tak sadarkan diri.
Ia tersadar lagi setelah penjaga menyiramkan seember air
ke wajahnya membuat Vita bangun terduduk dan tersedak.
Keenam penjaga itu berdiri mengelilingi Vita. Gadis tadi
sudah tidak kelihatan. Ketika Vita melihat wajah
penjaga-penjaga itu, ia melihat wajah yang penuh nafsu
dengan lidah yang menjilati bibir mereka. Vita tersadar
bahwa kekalahannya tadi hanya merupakan awal dari mimpi
buruknya malam ini.

Dua orang penjaga memegangi tangan Vita dan menyeretnya
kembali ke bangunan utama. Setengah dipapah setengah
diseret, Vita dibawa masuk ke kamar mandi pria. Dengan
tubuh penuh keringat dan lumpur Vita didorong di bawah
shower dan air sedingin es langsung menyembur membuat
Vita berjongkok sambil menggigil di depan penjaga tadi.
Seorang penjaga memasang sebuah borgol di tangan Vita
dan mengaitkannya ke sebuah pipa di tembok. Vita menatap
dengan panik ketika keenam laki-laki itu mulai
melepaskan pakaian mereka. Ketika mereka telah telanjang
bulat, dua orang penjaga memegangi kaki Vita dan membuka
lebar-lebar. Vita meronta-ronta tapi tak berdaya.
Penjaga yang lain mulai meremas dan menarik buah dada
Vita sementara yang satu lagi meraba paha Vita setelah
itu memasukkan jarinya ke lubang kemaluan Vita. Vita
mengerang dan menangis ketika tangan-tangan mereka terus
meraba tubuhnya tanpa henti.

Kemudian seorang penjaga berdiri di hadapan Vita, batang
kemaluannya sudah tegang dan keras ketika ia tersenyum
menyeringai pada Vita. Sambil meraih pinggul Vita dengan
kedua tangannya, ia mengangkat tubuh Vita sedikit dari
atas lantai sementara ia sendiri menekuk kakinya
mengarahkan batang kemaluannya ke belahan kemaluan Vita.
Dengan satu dorongan keras batang kemaluan itu merobek
masuk ke lubang kemaluan Vita. Tubuh Vita terasa
tersobek-sobek terutama lubang kemaluannya ketika batang
kejantanan itu masuk ke dalam lubang senggamanya yang
kering dan sempit. Vita menjerit-jerit keras hanya untuk
menerima satu tamparan di wajahnya yang membuat Vita
hampir tak sadarkan diri. Batang kemaluan yang bergerak
keluar masuk liang senggama Vita, terasa seperti besi
panas yang membuat nafas Vita terputus-putus. Untuk meredam teriakan vita seorang penjaga memasukkan
segumpal kain ke dalam mulut Vita. Sekarang yang keluar
dari mulut Vita hanya erangan tak jelas setiap kali
penjaga yang sedang memperkosanya bergerak masuk.
Setelah beberapa lama, Vita merasakan tubuh penjaga itu
mengejang dan erangan nikmat keluar dari mulutnya.
Sperma laki-laki itu menyembur masuk sebanyak-banyaknya
ke dalam lubang kemaluan Vita. Sambil terengah-engah ia
menarik batang kemaluannya yang berlumur sperma dan
darah perawan Vita keluar dari tubuh Vita.

Sebelum sempat menarik nafas lagi, penjaga yang lain
yang mengambil giliran selanjutnya dan dengan kasar ia
juga mendorong batang kemaluannya masuk ke liang sorga
Vita yang meneteskan darah bercampur sperma. Rasa sakit
itu sekarang sudah berkurang tapi tetap menyakitkan
sementara penjaga tadi tanpa peduli terus mendorong dan
menarik batang kemaluannya. Vita memejamkan matanya
berharap ia dapat mengurangi rasa sakit dan ngilu yang
menyerang seluruh tubuhnya. Penjaga yang lain mendekat
dan kembali meremas dan menarik buah dada serta puting
susu Vita hingga nyeri. Suara yang dapat didengar Vita
selain erangannya sendiri hanya suara pinggul penjaga
itu yang menumbuk pantatnya ketika ia mendorong batang
kemaluannya keluar masuk kemaluan Vita.

Ketika penjaga kedua selesai, Vita sudah bersiap untuk
penjaga yang ketiga. Tapi dengan mata terbelalak kaget
dan ngeri, Vita merasakan sepasang tangan membalikkan
tubuhnya kemudian membuka belahan lubang kemaluannya.
Vita menjerit tapi tak ada suara yang keluar selain
erangan. Vita sempat merasakan kepala batang kemaluan
penjaga itu menempel di liang anusnya sebelum seluruh
rasa sakit kembali menyerang sekujur tubuh Vita. Vita
tidak pernah merasakan rasa nyeri yang tak tertahankan
seperti ini sebelumnya. Penjaga itu bergerak dengan
brutal merobek-robek liang anus Vita, hingga ia pingsan
kesakitan.

Sesaat kemudian Vita kembali tersadar dan ia merasa
gumpalan kain yang ada di mulutnya ditarik keluar.
Tetapi setelah itu seorang penjaga langsung memasukkan
batang kemaluannya ke dalam mulut Vita sambil menarik
kepala Vita kebelakang. Vita tersedak dan terbatuk
ketika batang kemaluan yang keras itu memotong aliran
udaranya membuat ia tidak bisa bernafas. Batang kemaluan
di anus Vita masih terus bergerak keluar masuk dengan
keras sementara mulut Vita juga dimasukan oleh batang
kemaluan yang lain. Buah dada Vita terus disakiti oleh
tangan keempat penjaga yang lain. Tubuh Vita bergerak
maju mundur seirama dengan gerakan batang kemaluan yang
keluar masuk di anus dan mulutnya.

Perkosaan itu berlanjut terus, hingga keenam penjaga itu
mendapat giliran sedikitnya dua kali memperkosa Vita.
Vita sekarang tergeletak tak bergerak di lantai kamar
mandi, dengan sperma mengalir keluar dari lubang
kemaluan dan mulutnya. Tubuh Vita kesakitan seperti baru
saja dipukuli selama berhari-hari. Ia mengerang lirih
ketika dua orang menarik tangannya berdiri dan
melemparkan baju penjaranya.

Tak berdaya berjalan sendiri, mereka menyeret tubuh Vita
ke selnya dan melemparkannya masuk ke dalam. Dari celah
kecil di atasnya Vita dapat melihat sinar matahari pagi
mulai memancar. Ia merangkak menuju ember berisi air dan
dengan sekuat tenaga berusaha membersihkan dirinya.
Kemudian ia kembali merangkak menuju matrasnya dan
tersungkur tidur.Hari-hari selanjutnya merupakan neraka bagi Vita dan itu
terus berulang. Setiap pagi ia ditarik keluar dari sel
jam lima pagi kemudian bersama tahanan yang lain mereka
naik ke sebuah truk yang membawa mereka ke sebuah tanah
lapang yang tandus. Di situ mereka harus mencangkul
tanah lapang itu untuk diolah menjadi lahan perkebunan.
... Ditengah hari mereka diijinkan beristirahat selama
setengah jam. Dan ketika matahari mulai tenggelam mereka
baru kembali ke penjara.

Dan pada malam hari, di hari-hari tertentu sekelompok
penjaga akan menyeretnya keluar dan memperkosanya
bergantian hingga hari menjelang pagi. Dan jika Vita
terlihat kelelahan pada siang harinya maka komandan
penjara akan mengikat Vita di tengah lapangan dan
memecuti tubuhnya disaksikan oleh para tahanan yang
lain.

Setelah sebulan berlalu, dan ketika Vita sedang bekerja
dengan giat demi menghindarkan dirinya dari hukuman
komandan, sekelompok tahanan wanita yang berkuasa di
situ menyeret tubuhnya ke dalam kamar mandi. Di situ
mereka memukuli Vita karena dianggap mencari muka dengan
bekerja sangat rajin. Mereka juga menyiksa Vita dengan
memasukkan batang besi dan sebuah tongkat ke dalam anus
dan lubang kemaluan Vita.

Satu bulan kemudian Vita kembali diseret keluar dari
selnya dan dibawa mendekati sel tahanan pria. Dua orang
penjaga memegangi tangannya dan menyeretnya agar masuk
ke dalam sel tahanan yang penuh dengan tahanan pria.
"Malam ini kamu musti menghibur mereka!"
"Jangan! Jangaann! Jangan masukkan saya ke sana!" Vita
memohon dan menjerit minta tolong.
Tahanan pria sudah mulai berkerumun sambil meraba bagian
bawah tubuhnya. Jeritan Vita tak didengar sama sekali
oleh penjaga itu yang terus membuka kunci pintu sel itu
dan mendorong tubuh Vita masuk ke dalam sel yang lebih
luas. Vita berusaha menjauh dari tahanan pria itu sambil
akhirnya terdesak hingga jeruji sel itu. Sebuah tangan
meraih bahu Vita dan menariknya hingga terjatuh ke
lantai. Tangan-tangan lain meraih kaki Vita dan
membukanya. Dan ketika Vita membuka mulutnya untuk
menjerit sebuah batang kemaluan langsung masuk ke dalam
mulutnya sementara sebuah batang kemaluan lain masuk ke
dalam lubang kemaluannya.

Vita harus dirawat selama tiga hari di rumah sakit
penjara setelah semalam bersama tahanan pria itu. Tubuh
Vita harus diseret keluar dari sel di pagi harinya dan
Vita hanya merintih,
"Lagi.. lagi.. lagi.. lagi.. lagi.."
Sebelum Vita pingsan malam harinya, Vita masih bisa
mengingat tiga orang laki-laki yang sekaligus menikmati
tubuhnya dan ia menjerit dengan sisa-sisa tenaganya
dengan batang kemaluan masuk di dalam mulutnya. Dan
ketika ia sedang terbaring di rumah sakit, Vita
mengingat kembali pengalamannya di dalam sel pria itu.
Dan ia ingat betapa ia sendiri mencapai orgasme setelah
beberapa orang memperkosanya. Setelah beberapa orang
lagi ia kembali mengalami orgasme berkali-kali hingga ia
pingsan kelelahan. Dan ia sendiri tidak mengerti mengapa
itu semua terjadi pada dirinya.

Suatu hari Vita dan seorang tahanan lainnya Lia. Lia
juga mahasiswi yang diciduk dari Bandung karena
demonstrasi. Lia baru masuk sekitar satu bulan yang
lalu, dan juga sudah habis-habisan dikerjai oleh para
penjaga penjara. Vita dan Lia bekerja di bidang tanah
yang lain. Hari itu amat sangat panas. Vita dengan
segera telah terengah-engah kehausan. Menjelang tengah
hari Vita mendengar Lia berbisik kepadanya.
"Vita, Vita.." ia memanggil dengan suara lirih. Vita
mengangkat kepalanya dan melihat mata Lia membesar.
"Apa?" tanya Vita.
"Lihat! Para penjaganya nggak ada!"
Vita memperhatikan sekelilingnya dan ia terkejut
ternyata Lia benar. Tidak ada seorang pun penjaga yang
terlihat. Ia memandang kembali pada Lia dan langsung
dapat menebak pikirannya. Mereka akan berusaha melarikan
diri.

Lia langsung melemparkan cangkulnya dan berlari masuk ke
dalam hutan. Vita juga langsung menyusul di belakangnya.
Akar-akar yang bergantungan menghalangi pandangan Vita,
tapi ia masih bisa ...

.melihat Lia yang berlari di depannya,
entah menuju ke mana yang penting menjauhi neraka di
belakang mereka.

Setelah beberapa saat nafas Vita makin berat dan
terputus-putus. Semakin masuk ke dalam hutan, semakin
sulit berlari dengan cepat. Sebuah dahan mengayun dan
memukul pipi Vita hingga berdarah. Makin lama, pakaian
yang dikenakan mereka berdua semakin terkoyak-koyak
karena tersangkut dahan dan akar. Sekarang mereka hanya
mengenakan serpihan kain yang sama sekali tidak menutupi
tubuh mereka, Vita dapat melihat bahu Lia yang tersayat
dahan dan memerah sementara ia terus berlari.

Akhirnya, karena letih dan kehabisan nafas mereka berdua
jatuh tersungkur di bawah pohon yang besar. Selama
beberapa menit mereka hanya bisa terengah-engah menarik
nafas sementara keringat membanjir keluar dari sekujur
tubuh mereka.

Lia berbaring telentang, dan buah dadanya yang mengacung
bergerak naik turun seirama dengan nafasnya yang
tersengal-sengal.
"Kita berhasil!" kata Lia dengan senyum penuh
kemenangan.
Wajahnya lebih berseri, walaupun ada darah yang menetes
dari dahi dan pipinya.
"Semoga kamu benar", kata Vita tenang.
"Kita masih harus keluar dari hutan ini dan mencari
jalan kembali ke kota. Aku sendiri nggak tau kita ada di
mana. Kamu tau?"
Saat itulah terdengar gonggongan anjing. Mereka langsung
berdiri dan berlari lagi, mereka berlari tanpa
mengetahui arah mereka. Anjing-anjing itu terdengar
semakin dekat dan gonggongan mereka terdengar makin
keras. Vita dapat mendengar suara teriakan
penjaga-penjaga di sela gonggongan ajing itu, dan itu
membuat ia makin ketakutan dan berlari makin cepat.
Hutan itu makin gelap dan mereka sekarang sama sekali
tidak tahu sedang menuju ke arah mana. Yang mereka
inginkan hanya melepaskan diri dari regu pencari di
belakang mereka.

Ketika mereka sampai di sebuah daerah kecil yang terbuka
tiba-tiba saja mereka sudah dihadang oleh sekelompok
penjaga, dan setiap kelompok memegang rantai yang
mengikat seekor anjing doberman yang besar dan hitam.
Doberman itu menggonggong dan melonjak-lonjak berusaha
mendekati Vita dan Lia tak terkendali. Salah seorang
dari penjaga berteriak dan doberman tadi langsung diam
dan duduk di depan masing-masing kelompok. Lia dan Vita
langsung jatuh berlutut ketakutan. Usaha mereka untuk
melarikan diri gagal total.

"Betul juga kata komandan!" kata salah seorang penjaga.
"Yang dua ini pasti berusaha lari!"
"Ya benar, kita semua pasti dapet hadiah malem nanti!"
kata yang lain.
"Iket mereka lalu seret balik ke penjara."
"Tunggu!" kata penjaga yang tadi menenangkan doberman.
"Masa anjing-anjing ini nggak dapet bagian. Mustinya
mereka dapet hadiah, kan mereka yang nemuin cewek-cewek
ini!"
Rasa mual langsung menyerang perut Vita, karena ia bisa
menebak maksud penjaga itu. Sambil ditertawai oleh
penjaga-penjaga itu, Vita dan Lia didorong hingga jatuh
tersungkur di atas siku dan lutut, dan kaki-kaki mereka
ditarik membuka lebar-lebar. Sementara dua penjaga
memegangi tubuh Vita, penjaga yang ketiga menggiring
seekor doberman mendekati tubuh Vita dari belakang. Vita
dapat merasakan hembusan nafas ajing itu di pantatnya
dan ia mendengar anjing itu mendengus-dengus. Tubuh Vita
mengejang ketika lidah anjing itu menjilati lubang
kemaluannya yang mengirimkan sensasi ke seluruh
tubuhnya. Dan tiba-tiba kaki depan doberman itu
menghujam ke pinggulnya dan batang kemaluan binatang itu
masuk ke dalam lubang kemaluan Vita. Dengan perut mual
Vita hanya bisa diam tak bergerak ketika doberman itu
mulai bergerak ...
..memperkosanya dari belakang. Sementara
penjaga-penjaga itu mulai tertawa lagi melihat adegan di
depan mereka.

Perlahan tubuh Vita mulai bereaksi atas gerakan doberman
itu dan tubuhnya mulai bergerak seirama dengan gerakan
doberman. Lubang kemaluan Vita perlahan mulai terangsang
ketika gerakan Vita makin seirama dengan gerakan
doberman di belakangnya. Tubuh Vita mulai berkeringat
lagi dan nafasnya makin tersengal-sengal. Vita mulai
mengerang sembari menelan ludah dan pandangannya mulai
kabur. Tubuh Vita mulai menuju orgasme yang makin lama
makin memuncak di sekujur tubuhnya. Dan ketika doberman
itu melolong, Vita merasakan sperma anjing memenuhi
lubang kemaluannya dan ia menjerit dan mengerang nikmat.
Doberman itu lalu mundur dan seekor anjing lain
menggantikan posisinya. Kembali Vita merasakan sebuah
daging panas masuk ke dalam lubang kemaluannya dan
doberman itu mulai menyetubuhinya. Dengan tubuh makin
bergejolak mendekati orgasme Vita masih sempat melihat
Lia yang ada di seberangnya, ia melihat Lia yang
meronta-ronta karena seekor doberman lain sedang
menyetubuhinya juga.

Vita seperti sedang bermimpi melihat itu semua, yang
nyata baginya hanyalah orgasme dalam tubuhnya yang makin
mendekati puncak. Dan ketika doberman kedua menyemburkan
spermanya, Vita menjerit dihantam gelombang orgasme yang
kedua. Vita tidak tahu lagi berapa doberman lagi yang
menyetubuhinya, tapi ketika anjing terakhir selesai,
tubuh Vita langsung tersungkur kelelahan. Dari lubang
kemaluan Vita mengalir sperma anjing dan di pinggulnya
juga dilumuri oleh sperma mereka. Vita terus berbaring
tak bergerak selama beberapa menit, terengah-engah dan
gemetar ketika gelombang orgasme yang tersisa masih
mengalir ke seluruh tubuhnya. Dengan mata terkejap-kejap
ia melihat ke arah Lia, dengan seekor doberman di
depannya dan batang kemaluan anjing itu di mulutnya,
berusaha mengulum dan menjilati hingga akhirnya anjing
itu menggeram dan sperma menyembur ke wajah Lia.

Setelah itu seorang penjaga mendekat dan menarik kepala
Vita sambil mendekatkan batang kemaluannya ke mulut
Vita. Tanpa bisa berpikir jernih lagi Vita membuka
mulutnya dan mulai mengulum dan menjilat batang kemaluan
laki-laki itu. Vita terus mengulum sementara batang
kemaluan lain juga masuk ke lubang kemaluannya dan mulai
bergerak. Vita sudah tidak menyadari keadaan
sekelilingnya lagi. Semuanya tampak kabur sampai
akhirnya gelap gulita. Vita mengulum batang kemaluan
yang besar itu dengan penuh nafsu, lidahnya menjilati
batang kemaluan hingga pangkalnya. Nafas Vita tersentak
ketika sebuah batang kejantanan lain menghunjam ke
anusnya. Vita sedang dalam posisi merangkak. Buah dada
Vita mengayun-ayun ketika tubuhnya mulai bergerak
didorong oleh gerakan batang kemaluan di anusnya. Tubuh
Vita segera berkeringat ketika Vita dengan sekuat tenaga
membuat dua orang itu mencapai klimaks. Vita sendiri
telah mengalami dua kali orgasme sepanjang hari itu, dan
ia sadar dirinya masih akan mengalami orgasme demi
orgasme sebelum akhirnya ia kembali ke penjara lagi.

Sekarang Vita sudah menjadi pelacur bagi penjara itu. Ia
harus melayani setiap orang yang sanggup dan mau
membayar tubuhnya. Penjara itu ternyata memiliki
kegiatan pelacuran kelas tinggi. Bisnisman dari manca
negara yang pernah mendengar tentang penjara itu
kebanyakan mengetahui tentang kegiatan terselubung itu,
tak terkecuali juga pejabat-pejabat negara kelas tinggi
yang kadang juga menggunakan tubuh Vita dan tubuh gadis
lainnya yang sudah dipilih sendiri oleh komandan
penjara.

Malam itu Vita harus melayani dua orang dari Inggris
yang sudah membayar US$ 1.000 kepada komandan untuk
dapat menggunakan tubuhnya selama delapan jam. Tiga
minggu yang lalu Vita melayani seorang pejabat dari
Brunei. Ia membayar US$ 2.000 agar ia dapat memecuti
tubuh Vita yang menjerit dan mohon ampun,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda